Blog Detail

Selama ini kita mengenal Google sebagai “gerbang utama” untuk mencari apa saja di internet. Namun, belakangan ada perubahan besar: TikTok mulai dipakai seperti search engine.

Bahkan menurut laporan internal Google, 40% Gen Z lebih memilih mencari tempat makan lewat TikTok atau Instagram daripada Google Search atau Maps. Apa yang sebenarnya terjadi? Mari kita bahas.

🔥 1. Dari Search ke Scroll: Pergeseran Perilaku Pengguna

Generasi muda kini lebih nyaman dengan konten visual singkat. Daripada membaca artikel panjang, mereka lebih suka menonton video yang langsung memperlihatkan jawaban atau tutorial.

Misalnya: cari resep “ayam geprek” → di Google muncul blog panjang; di TikTok langsung dapat video 30 detik yang jelas step-by-step.

Inilah yang membuat TikTok jadi tempat yang lebih praktis untuk menemukan informasi.

⚙️ 2. Algoritma TikTok yang “Baca Pikiran”

Salah satu keunggulan TikTok adalah algoritma rekomendasinya yang sangat personal. Konten yang muncul tidak hanya berdasarkan kata kunci, tetapi juga kebiasaan menonton pengguna.

Artinya, saat dua orang mengetik kata kunci yang sama, hasil yang mereka lihat bisa berbeda sesuai minat masing-masing. Hal ini membuat pengalaman pencarian terasa lebih relevan dan menyenangkan.

👥 3. Percaya pada Konten Orang Biasa

Banyak orang merasa review atau tips dari kreator TikTok lebih jujur dan relatable dibanding artikel SEO atau iklan. User-Generated Content (UGC) seperti ini memberi kesan pengalaman nyata.

Contoh: Cari “review sunscreen” → lebih meyakinkan saat melihat video before–after daripada membaca ulasan di forum.

Kepercayaan ini menjadi alasan besar kenapa TikTok unggul sebagai sumber referensi.

💬 4. Komunitas Interaktif yang Memberi Jawaban

Di TikTok, pencarian tidak berhenti pada satu video. Pengguna bisa melihat komentar, tanya jawab, bahkan video stitch atau duet yang memperkaya informasi.

Ini membuat proses mencari informasi terasa seperti berdiskusi langsung dengan komunitas.

👩‍💻 5. Gen Z: Mencari Info Lewat Sosial Media

Generasi yang tumbuh dengan media sosial lebih percaya pada visual, cerita, dan pengalaman orang lain. Mereka ingin tahu “real-life proof”, bukan hanya data formal.

TikTok memenuhi kebutuhan ini dengan konten yang lebih personal dan mudah diakses.